Senin, 14 Maret 2011

Artikel di Buletin 118 Medicus Mundi Ch

Health and Healing: Experience from Indonesia

Right to explore the mystery beyond the suffering of sickness

The medical high technology care neglects that the people suffering of a sickness are looking for a much broader dimension of healing. For this it is necessary to shift from the paradigm of sickness to a paradigm of wellbeing.
By Emmy Sahertian * (mission 21 - christian awareness in partnership)


It has been a long time struggle to understand the mystery behind the concept of health, since it was a part of services movement which focused on hospital based approach. The modern people believe that technology of diagnostic and pharmacology, medical knowledge specialization, professionalization of nursery care and treatment were the great development to solve the suffering of sickness and diseases, playing the role of people believe in effort to maintain their health. The key word is “technology” behind the basic need to ease the suffering of sickness. Health as the state of holistic wellbeing (WHO), on one side, could gain hope to overcome suffering of sickness through high technology exploring, but on the other side people face the fact that developing an industry of services needs a lot of money and creates another problem which is called “sickness paradigm” of solving health problem. It is another term of curative hospital orientation in health services, when people always depend on modern medicine and technology of diagnostic with sophisticated knowledge and skill of medical provider. It is like an empire of health system which tends to neglect the right of the community to maintain its wellbeing through health services.

Sickness paradigm in health

In development countries like Indonesia, people spend more time and resources to solve their health problem because of the rapid development of new strain virus like HIV which increased opportunistic diseases as TBC, Hepatitis A,B, C, etc; new strain virus like H5N1 (bird flu) and H1N1 (swine flu), etc. Through sickness paradigm approach, people always spend a lot of life resources to cure their illness in hospitals. This creates the next critical problem of social injustice, increased gap between “the haves” and “the have not” or under-privileged community in getting access of proper medical services behind the hospital’s door. The current issue of health that publish in National Newspaper (Kompas Newspaper, Monday, 22 Nov.2010) reports about the emerging situation in health system, when “the have not” people must spend money to solve their suffering of sickness, decreased income generating and trapped them into poverty. Even though they could access the social scheme insurance for needy people, but it is a small grant from State. It is not enough to fulfill their holistic wellbeing, except only decrease the illness effect.

Healing is a dynamic process to explore the mystery of sickness

Since “Alma Ata” declaration launched in Kazakhstan, 6-12 September 1978, about primary health care approach, it was like a solution with efficient and cost-effective way to organize a health system, where the open space of community participation in determining their health gained the right solution to explore the mystery of sickness. Beginning with planning of health prevention, exploring the access of healing and evaluating the results, motivated people traced the access beyond the existing modern healing, as a way to overcome problem of “sickness paradigm”. It was called “health paradigm”. Focused on community participation to compose their holistic wellbeing, inventing their traditional wisdom and sustain the social health scheme of community based health.
Exploring the community struggle to face the mystery of sickness, many people seek beyond the sign of a suffering body, a transcendental believe. It is not to escape from unfinished problem of physical suffer but it is based on their experience. Healing is a dynamic process to seek beyond the suffering body from diseases. It is a transformation of human wellbeing which have connected with the transcendental world, it was “opus divinum est” (God’s work - Motto of “Cikini” National Council of Churches hospital in Indonesia). From this side they believe that there is another field to explore and that there is a wider space to explore, not stopping behind the hospital’s door. For them “home base” service is the basic hospital of life connecting with natural wisdom of health. In Indonesia we inherit various natural wisdom to solve health problems, for example herbal treatment of pandanus conoideus (red fruit) for anti oxidant and increasing CD4 to support Anti Retrovirus Therapy for People Living with HIV and AIDS in West Papua, and another herbal plant that had recognized by community to maintain their health, which already pass the academic examination and that is still neglected in treatment calculations. But now, it gets gradually stronger to reach the community believe. It is their right to explore the mystery beyond suffering of sickness, not only the right of medical practitioners.

*Emmy Sahertian is from Timor. She is a pastor and has worked for several years in the field of pastoral care in hospital, and now as the program advisor of M21

Sabtu, 26 Februari 2011

Pelatihan Pendampingan ODHA & OHIDA: Keterampilan dasar Konseling Pastotal HIV dan AIDS bersama GMIST





Reframing theology of life,health & healing and death & dying


Belajar menilai  diri, karakter dan metode untuk dijadikan skill pendampingan melalui: Field laboratory....turun ke lapangan berbicara dengan  mereka yang hidup dilingkup berisiko (Tenda Biru Bitung0, lalu tuangkan dalam verbatim.....apakah skill dan informasi balance??? ini baru dasar....tapi sudah bisa memiliki kepekaan atau empati untuk pendampingan

Memantau pelaksanaan program POKJA HIV dan AIDS GMIM

 
22, Februari 2011:Pertemuan dengan beberapa anggota POKJA HIV dan AIDS. Program sudah mulai berproses dan Jadwal kegiatan di mulai bulan Maret 2011.

 
Pertemuan dengan teman teman di PL YAZR Wenas, bagaimana program penanggulangan HIV dan AIDS melalui lembaga ini  sebagai bagian dari gerakan GMIM peduli HIV dan AIDS





Minggu, 05 Desember 2010

Hari AIDS sedunia:Pencanangan GMIM Peduli HIV dan AIDS,RTL GMIST,Pelatihan GPID



Keterangan gambar:1. Bersama GPID; 2. Bersama GMIST;3.Pdt.P.Tampi selaku Ketua Sinode GMIM mencanangkan GMIM Peduli AIDS dengan memukul palu sebanyak 23 kali.


Tanggal 1 Desember 2010 adalah HARI AIDS Sedunia.Dengan tema:Universal Access and Human Rights, EAA memberi tema LIVE the PROMISE. Pada moment penting ini Gereja Masehi Injili di Minahasa mencanangkan GMIM peduli HIV dan AIDS.Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 orang terdiri dari para pegurus wilayah serta beberapa kelompok Peduli AIDS, KPA Prop SULUT,BNP,dan wakil Gub.Prop SULUT. Secara trintegrasi GMIM bersama berbagai elemen masyarakat Peduli AIDS akan memulai kegiatan secara intensif karena jumlah penduduk yang sudah hidup dengan HIV dan AIDS per Oktober 2010 =716 dan yg IDU=88.Acara ini dihadiri oleh Ketua Sinode GMIM Pdt.P.Tampi,MSi. Dan Ibadah dipimpin oleh SEKUM GMIM Pdt.Artur Rumengan.
Pada hari yang sama Gereja Masehi Injili di Sangir Talaud (GMIST), mengadakan Lokalatih RTL tingkat jemaat lokal program penanggulangan HIV dan AIDS bekerja sama dengan Pusat Latihan YZRA Wenas di Tomohon.
Sementara pada tanggal 3-4 Desember 2010 Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) mengadakan Pelatihan Dasar pengembangan peogram berbasis jemaat di Palu. Semoga Tuhan menyertai upaya gereja gereja ini. Amin

Kamis, 18 November 2010

Lokakarya/Bengkel:Penanggulanga HIV& AIDS berbasis jemaat





Ket.Gambar: 1.Teman teman dari BCCM dan PCS-Malaysia,ditemani Alexander
2.Agnella Chingwaro-Facilitator dari UEM/GKI Tanah Papua (Mitra m21)
3.Ramai ramai....seluruh peserta dan fasilitator


Dari tanggal 7 -10 November 2010, telah diadakan Lokakarya Penanggulangan HIV dan AIDS berbasis jemaat yang diikuti oleh gereja gereja pada kluster 1. Kegiatan ini dilakukan secara partisipatif:
1. Pengenalan pelayanan terintegrasi HIV dan AIDS melalui perkunjungan ke PUSKESMAS Jungpandang, yang memiliki klinik terpadu penanganan HIV dan AIDS di Sulawesi Selatan:VCT,CST,Peer Support-KDS,Penanganan Harm reduction and Methadon subtitusi
2. Memahami Pelayanan gereja terinegrasi penanggulangan HIV dan AIDS;Kontributor dari GKPB oleh dr. Debora Murthy
3. Memahami pergumulan Kelompok Dukungan Sebaya: Presentasi dari Ujungpandang -Plus sekaligus berkenalan dengan populasi kunci
4. Menyusun program dalam 3 kategori:
a. HIV dan AIDS serta penanggulangannya dengan berbasis Jemaat Umum : KIE,Khotbah
Tematis,PA, Liturgi, Kurikulum Katekisasi,Pastoral Konseling, Promosi keadilan
jender

b.HIV dan AIDS serta penanggulangan berbasis kelompok kategorial : Anak dan
Remaja, Pemuda,Perempuan,lakilaki/Kaumbapak dan ODHA & OHIDA

c. HIV dan AIDS serta, Penanggulanganya berbasis klinik dan Rumah Sakit Gereja:
Filosofi pelayanan holistik,Sistem pelayanan, SOP UP,VCT dan CST, dan shelter

Fasilitator pendamping : Pdt.Emmy Sahertian,Agnella Chingwaro,dan Freddy Pinontoan

Output: Peserta mendapat 3 bentuk program berbasis jemaat di mana mereka bisa memilih yang sesuai dengan kemampuan dan dapat mencontohnya baik menyusun langkah strategik hingga bagaiman membuat dalam bentuk proposal.

Catatan:
*Sebagian pelaksana program belum paham tentang informasi dasar HIV dan AIDS, oleh karena itu setiap peserta diberikan disc e-learning tentang informasi dassar HIF dan AIDS, juga dilengkapi dengan informasi dasar HIV dan AIDS serta kesehatan Reproduksi yang diberikan secara partisipatif oleh dt. Emmy sahertian dan Agnella Chingwaro.
*Belum terjadi transfer of knowledge dari para pimpinan gereja yang mengikuti beberapa workshop HIV dan AIDS kepada para pelaksana program, sehingga ada usul untuk diadakan pertemuan 1 kali lagi gereja gereja kluster 1 sekaligus merupakan ajang monitoring dan evaluasi atas kemajuan gerakan mereka.

Jumat, 22 Oktober 2010

Bersama Gereja Protestan Indonesia Luwu




 
Photo: Membuat "Body Mapping" dalam konteks "Tubuh sebagai rumah Roh Kudus"...seruuu.

Dari tanggal 14-17 Oktober berada bersama GPIL di Palopo terutama dalam rangka mengikuti Kongres Pemuda GPIL. Salah satu isu yang diangkat untuk menjadi agenda adalah HIV dan AIDS dan kesehatan Reproduksi.

Melalui kesempatan ini kami berdiskusi dengan pimpinan sinode GPIL, KPA Kota Madya Palopo dan bersama Kelompok Dukungan Sebaya di mana sudah ada beberapa perempuan dan laki laki yg hidup dengan HIV. Kota Palopo tertinggi kedua setelah Makasar di Sulawesi Selatan.

Jumat, 03 September 2010

Penanganan Terintegrasi HIV dan AIDS oleh GMIM



Tanggal 1 September 2009, telah diadakan pertemuan terbatas antar komponen pelayanan HIV dan AIDS bersama Sinode GMIM, di Aula Kantor Sinode GMIM, Tomohon. Hadir dalam pertemuan ini adalah beberapa komponen pelayanan selain Tim Kerja Sinode GMIM untuk HIV dan AIDS, Trafficking, Narkoba dan KDRT, juga hadir komponen pelayanan Menara Doa yang sehari hari melakukan pendampingan ODHA dan korban Trafficking, VCT RS Bthesda Tomohon, SAG SULUTTENG, Kelompok Kerja Wanita,Kelompok Kerja PEMUDA GMIM, DINKES Kota Tomohon, KPA Propinsi Sulawesi Utara, juga hadir Ketua Sinode GMIM dan SEKUM.
Pertemuan ini menghasilkan beberapa hal:

1. Melakukan pertemuan berikut untuk menyusun sistem kerja dan rujukan bersama dalam penanggulangan HIV dan AIDS serta masalah terkait, juga dalam hal capacity building.
2. Tim Kerja akan menyusun pemetaan jemaat dan Strategik Planning untuk 2011-2014
3. Membicarakan tentang Capacity Building dengan proyeksi pada bagaimana menjadikan penanganan terintegrasi di GMIM dan kerja sama dengan pemerintah agar dijadikan tempat pembelajaran bagi gereja gereja di Indonesia Tengah dan Timur.
4. Bagaimana mengelola berbagai tantangan dan kendala yang timbul

Dalam strategi pengembangan program gereja gereja mitra EMS dan M21 maka sudah saatnya GMIM dipersiapkan sebagai "Role Model" penanganan terintegrasi berbasis gereja sebagaimana Gereja Kristen Pasundan sedang mulai merintis. Semoga rencana mulia dapat dilaksanankan.