Minggu, 05 Desember 2010

Hari AIDS sedunia:Pencanangan GMIM Peduli HIV dan AIDS,RTL GMIST,Pelatihan GPID



Keterangan gambar:1. Bersama GPID; 2. Bersama GMIST;3.Pdt.P.Tampi selaku Ketua Sinode GMIM mencanangkan GMIM Peduli AIDS dengan memukul palu sebanyak 23 kali.


Tanggal 1 Desember 2010 adalah HARI AIDS Sedunia.Dengan tema:Universal Access and Human Rights, EAA memberi tema LIVE the PROMISE. Pada moment penting ini Gereja Masehi Injili di Minahasa mencanangkan GMIM peduli HIV dan AIDS.Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 orang terdiri dari para pegurus wilayah serta beberapa kelompok Peduli AIDS, KPA Prop SULUT,BNP,dan wakil Gub.Prop SULUT. Secara trintegrasi GMIM bersama berbagai elemen masyarakat Peduli AIDS akan memulai kegiatan secara intensif karena jumlah penduduk yang sudah hidup dengan HIV dan AIDS per Oktober 2010 =716 dan yg IDU=88.Acara ini dihadiri oleh Ketua Sinode GMIM Pdt.P.Tampi,MSi. Dan Ibadah dipimpin oleh SEKUM GMIM Pdt.Artur Rumengan.
Pada hari yang sama Gereja Masehi Injili di Sangir Talaud (GMIST), mengadakan Lokalatih RTL tingkat jemaat lokal program penanggulangan HIV dan AIDS bekerja sama dengan Pusat Latihan YZRA Wenas di Tomohon.
Sementara pada tanggal 3-4 Desember 2010 Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) mengadakan Pelatihan Dasar pengembangan peogram berbasis jemaat di Palu. Semoga Tuhan menyertai upaya gereja gereja ini. Amin

Kamis, 18 November 2010

Lokakarya/Bengkel:Penanggulanga HIV& AIDS berbasis jemaat





Ket.Gambar: 1.Teman teman dari BCCM dan PCS-Malaysia,ditemani Alexander
2.Agnella Chingwaro-Facilitator dari UEM/GKI Tanah Papua (Mitra m21)
3.Ramai ramai....seluruh peserta dan fasilitator


Dari tanggal 7 -10 November 2010, telah diadakan Lokakarya Penanggulangan HIV dan AIDS berbasis jemaat yang diikuti oleh gereja gereja pada kluster 1. Kegiatan ini dilakukan secara partisipatif:
1. Pengenalan pelayanan terintegrasi HIV dan AIDS melalui perkunjungan ke PUSKESMAS Jungpandang, yang memiliki klinik terpadu penanganan HIV dan AIDS di Sulawesi Selatan:VCT,CST,Peer Support-KDS,Penanganan Harm reduction and Methadon subtitusi
2. Memahami Pelayanan gereja terinegrasi penanggulangan HIV dan AIDS;Kontributor dari GKPB oleh dr. Debora Murthy
3. Memahami pergumulan Kelompok Dukungan Sebaya: Presentasi dari Ujungpandang -Plus sekaligus berkenalan dengan populasi kunci
4. Menyusun program dalam 3 kategori:
a. HIV dan AIDS serta penanggulangannya dengan berbasis Jemaat Umum : KIE,Khotbah
Tematis,PA, Liturgi, Kurikulum Katekisasi,Pastoral Konseling, Promosi keadilan
jender

b.HIV dan AIDS serta penanggulangan berbasis kelompok kategorial : Anak dan
Remaja, Pemuda,Perempuan,lakilaki/Kaumbapak dan ODHA & OHIDA

c. HIV dan AIDS serta, Penanggulanganya berbasis klinik dan Rumah Sakit Gereja:
Filosofi pelayanan holistik,Sistem pelayanan, SOP UP,VCT dan CST, dan shelter

Fasilitator pendamping : Pdt.Emmy Sahertian,Agnella Chingwaro,dan Freddy Pinontoan

Output: Peserta mendapat 3 bentuk program berbasis jemaat di mana mereka bisa memilih yang sesuai dengan kemampuan dan dapat mencontohnya baik menyusun langkah strategik hingga bagaiman membuat dalam bentuk proposal.

Catatan:
*Sebagian pelaksana program belum paham tentang informasi dasar HIV dan AIDS, oleh karena itu setiap peserta diberikan disc e-learning tentang informasi dassar HIF dan AIDS, juga dilengkapi dengan informasi dasar HIV dan AIDS serta kesehatan Reproduksi yang diberikan secara partisipatif oleh dt. Emmy sahertian dan Agnella Chingwaro.
*Belum terjadi transfer of knowledge dari para pimpinan gereja yang mengikuti beberapa workshop HIV dan AIDS kepada para pelaksana program, sehingga ada usul untuk diadakan pertemuan 1 kali lagi gereja gereja kluster 1 sekaligus merupakan ajang monitoring dan evaluasi atas kemajuan gerakan mereka.

Jumat, 22 Oktober 2010

Bersama Gereja Protestan Indonesia Luwu




 
Photo: Membuat "Body Mapping" dalam konteks "Tubuh sebagai rumah Roh Kudus"...seruuu.

Dari tanggal 14-17 Oktober berada bersama GPIL di Palopo terutama dalam rangka mengikuti Kongres Pemuda GPIL. Salah satu isu yang diangkat untuk menjadi agenda adalah HIV dan AIDS dan kesehatan Reproduksi.

Melalui kesempatan ini kami berdiskusi dengan pimpinan sinode GPIL, KPA Kota Madya Palopo dan bersama Kelompok Dukungan Sebaya di mana sudah ada beberapa perempuan dan laki laki yg hidup dengan HIV. Kota Palopo tertinggi kedua setelah Makasar di Sulawesi Selatan.

Jumat, 03 September 2010

Penanganan Terintegrasi HIV dan AIDS oleh GMIM



Tanggal 1 September 2009, telah diadakan pertemuan terbatas antar komponen pelayanan HIV dan AIDS bersama Sinode GMIM, di Aula Kantor Sinode GMIM, Tomohon. Hadir dalam pertemuan ini adalah beberapa komponen pelayanan selain Tim Kerja Sinode GMIM untuk HIV dan AIDS, Trafficking, Narkoba dan KDRT, juga hadir komponen pelayanan Menara Doa yang sehari hari melakukan pendampingan ODHA dan korban Trafficking, VCT RS Bthesda Tomohon, SAG SULUTTENG, Kelompok Kerja Wanita,Kelompok Kerja PEMUDA GMIM, DINKES Kota Tomohon, KPA Propinsi Sulawesi Utara, juga hadir Ketua Sinode GMIM dan SEKUM.
Pertemuan ini menghasilkan beberapa hal:

1. Melakukan pertemuan berikut untuk menyusun sistem kerja dan rujukan bersama dalam penanggulangan HIV dan AIDS serta masalah terkait, juga dalam hal capacity building.
2. Tim Kerja akan menyusun pemetaan jemaat dan Strategik Planning untuk 2011-2014
3. Membicarakan tentang Capacity Building dengan proyeksi pada bagaimana menjadikan penanganan terintegrasi di GMIM dan kerja sama dengan pemerintah agar dijadikan tempat pembelajaran bagi gereja gereja di Indonesia Tengah dan Timur.
4. Bagaimana mengelola berbagai tantangan dan kendala yang timbul

Dalam strategi pengembangan program gereja gereja mitra EMS dan M21 maka sudah saatnya GMIM dipersiapkan sebagai "Role Model" penanganan terintegrasi berbasis gereja sebagaimana Gereja Kristen Pasundan sedang mulai merintis. Semoga rencana mulia dapat dilaksanankan.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Exchange Learning program GMIST ke GKP



Dari Tanggal 12-16 Agustus Team Gereja Masehi Injili Sangir Talaud (GMIST) untuk Penanggulangan HIV dan AIDS berada di Bandung dan Jakarta untuk mengadakan pembelajaran bersama team Gerja Kristen Pasundan. Saling bertukar pengalaman dan saling belajar tentang komponen program yang sesuai konteks masyarakat adalah sangat penting. Moga moga GMIST mulai mendapat gambaran bagaimana menangani pelayanan secara komprehensif. Kedatangan GMIST juga dapat mendorong GKP untuk menyadari bahwa mereka mampu menjadi contoh tempat pembelajaran bagi gereja gereja lain dalam lingkup PGI.Dalam kesempatan ini mereka mengunjungi Kantor Koordinator Wilayah M21 untuk Indonesia dan Malaysia bertemu dengan Pdt. Welman Boba dan Maria Saselah, pada akhir kunjungan mereka mengunjungi kantor Adviser Program Penanggulangan HIV dan AIDS M21 dan EMS untuk gereja dan lembaga mitra di Indonesia dan Malaysia, Pdt.Emmy Sahertian di temani oleh Signatius Ruung yang selama ini membantu tugas tugas adviser untuk capacity building.

Selasa, 03 Agustus 2010

LEADERSHIP TRAINING: Kel.Wanita BCCM,PCS,GKE dan GKPI




Dari tanggal 7-11 Juni, diadakan Leadership Training bagi kelompok Wanita dari BCCM,PCS,GKPI dan GKE. Dalam training ini diintegrasikan pemahaman tentang persoalan pendampingan Kekerasan Terhadp Perempuan dan HIV dan AIDS. Dasar pemahaman tentang HAM dan juga informasi dasar tentang Perempuan dan HIV dan AIDS, membuat workshop ini agak unik.Yang menarik adalah perkunjungan ke Pusat Pendampingan kekerasan terhadap perempuan SAWO Malaysia di mana sudah bergerak sejak tahun 1985. Juga mengundang penceramah dari Komisi HAM Malaysia, SUHAKAM.

Rabu, 16 Juni 2010

Workshop dan Participatory Risk Assassement HIV dan AIDS di Murok bersama kelompok Wanita Paroki Murok dan sekitarnya, Sabah-Malaysia

Jumat, 04 Juni 2010

Scanning Our Community: Vulnerable? or Save?....Murok,Sandakan


Kelompok pria dan wanita dari Murok, Sandakan,Sabah mencoba memetakan masyarakatnya.......apakah berisiko atau aman dari penyebaran HIV dan AIDS.....

Kamis, 03 Juni 2010

Kelompok Wanita Paroki KK and Tuaran BCCM

Bersama Pdt.Lucy Lan, beberapa pendeta Wanita
dan Kelompok Wanita BCCM

Memulai dengan Kelompok Wanita di Malaysia ....Perempuan lebih Responsif


Dari tanggal 28 Mei - 12 June 2010 memulai program lanjutan di Sabah,Malaysia bersama BCCM dan PCS, setelah Workshop di Tuaran Januari lalu. Ada 3 Acara:
1. Tanggal 29 Mei, Workshop penyadaran dan perencanaan strategik lanjutan bersama kelompok wanita dari 2 paroki BCCM: Kota Kinabalu dan Tuaran
2. Tanggal 4-5 June, Workshop kelompok presbiter dan kelompok wanita di Murok, Sabah
3. Tanggal 7-11 June, Leadership Training untuk Wanita/Perempuan BCCM,PCS, GKPI Tarakan dan GKE yang semuanya mitra Mission 21, kegiatan ini juga dalam kaitannya dengan kekerasan terhadap perempuan dan HIV dan AIDS
4. Beberapa lobby dan mediasi program lanjutan dengan Pimpinan BCCM, dan PCS
5. Pertemuan dengan beberapa LSM Malaysia

Tampaknya kelompok perempuan lebih responsif.

Jumat, 21 Mei 2010

BEBERAPA PUBLIKASI YANG BISA DI PESAN


Beberapa Publikasi yang sudah layak digunakan oleh gereja gereja dalam menunjang pemahaman teologi dan praktis dapat di pesan dengan menggantikan biaya fotocopy dan pengiriman:

1. Peran Gereja Menghadapi AIDS, Terjemahan dari dokumen WCC "FACING AIDS, The Challenge, the Churches' Response

2. HIV/AIDS: Refleksi Teologi dan Pemberdayaan Jemaat: Kerja sama GMIT,UNKRIS Artha Wacana dan AUSAID

3. MODUL PELATIHAN KONSELING PASTORAL HIV DAN AIDS: Kerja sama JKLPK
dan KOMUNITAS RUMAH PHILIA INDONESIA

Keterangan lebih lanjut dapat di lihat pada Kolom Publikasi dalam blog ini.....



Salam

Redaksi

Rabu, 19 Mei 2010

RTL Kelompok Pemuda GKP

Kelompok Pemuda GKP mempunyai RTL yang disesuaikan dengan garis besar Renstra POKJA HIV dan AIDS. Kreatif dan ceria

Membangun Kapasitas Bersama


Dalam Pelatihan Pendampingan HIV dan AIDS, GKP mengundang peserta dari Klasis Serui GKI di Tanah Papua. Sebuah upaya kerja sama nyata yang patut di contoh. Posisi GKP yang berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta, memudahkan mereka untuk melengkapi diri dengan sumber daya terampil yang banyak. Dalam Lobby dengan pimpinan sinode, kami mendorong agar GKP dapat meningkatkan diri sebagai tempat yang bisa menjadi tempat pembelajaran pelayanan terintegrasi dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

Selasa, 18 Mei 2010

Pelatihan Relawan untuk Pendampingan HIV dan AIDS tingkat Klasis GKP

Dari tanggal 14-16 Mei 2010, Gereja Kristen pasundan (GKP) mengadakan pelatihan relawan Pendamping HIV dan AIDS di Wisma YKOMA PGI, Jakarta. Kegiatan ini didukung oleh SINODE GKP, Yayasan Badan Sosial "DHARMA KASIH" GKP dalam kerja sama dengan Yayasan Perumah Sakitan GKP dan tentunya didukung oleh Mission 21.
Para peserta berasal dari 4 Klasis (Jakarta, Parahiyangan, Purwakarta dan Bogor) berjumlah sekitar 22 orang. Dalam pelatihan ini juga GKP mengundang peserta dari Papua yakni dari klasis Serui GKI Tanah Papua hadir satu orang. Kegiatan dibagi dalam 2 bagian: Pembekalan keterampilan dasar Pendampingan HIV dan AIDS dan Rencana tindak Lanjut tiap klasis disesuaikan dengan RENSTRA POKJA AIDS GKP. Peserta terdiri dari Kelompok Pemuda, Kaum Bapak, Majelis Jemaat sekalian Pelawat (Kelompok Kategorial).
Beberapa gereja lokal GKP seperti GKP Gunung Putri dan Bogor sementara ini telah menangani pendampingan ODHA, di harapkan setelah ini mereka akan menjadi gereja gereja pertama yang akan didorong menjadi model penanganan integratif untuk gereja gereja lainnya.
Para Fasilitator terlatih berasal dari POKJA AIDS dan RS Immanuel Bandung. Pelatihan ini dilengkapi dengan perkenalan lapangan yakni mengunnjungi Yayan KHARISMA yang pelayanannya terfokus pada ODHA dengan kasus adiksi NARKOBA (Harm Reduction dan Rehabilitasi), Komunitas RUMAH PHILIA yang mengembangkan pendampingan bagi anak dan keluarga yang hidup dengan HIV dan AIDS: Penyuluhan,Hotline, Pedadampingan ODHA, Dukungan Kelompok Saling Mendukung (Sekolah anak Philia, dan Pendampingan Keluarganya). Diharapkan pada pertengahan tahun 2010 GKP sudah take-off dalam program HIV dan AIDS, terutama pada level klasis dan gereja setempat.

Senin, 26 April 2010

Dari GMIH dan Gereja Toraja

Vic.Rudy Sauhoka dan Dr.Donny Makangiras (Yay.Kes.GMIH), Alexander Mangoting (Gereja Toraja)
Pdt.Emmy Sahertian


Senin,26 April 2010. Ketua dan SEKUM Yayasan Kesehatan GMIH kembali bertemu untuk menuntaskan pembicaraan mengenai program di GMIH. Untuk awalnya informasi akan dimuat dalam publikasi tabloid "Bthesda News" mereka yang didukung oleh EMS. Bersamaan juga kami kedatangan Bpk.Alexander Mangoting yang kebetulan berada di Jakarta untuk urusan program yang lain, bertandang ke kantor untuk mengambil beberapa dokumen dan hasil Workshop Malino, sekaligus membicarakan tentang bagaimana pengembangan program bisa di mulai di kalangan Gereja Toraja.

Sabtu, 24 April 2010

PERSIAPAN WORKSHOP M21 DI BALI

Kiri ke Kanan: Katharina (Koordinator Program M21),Pdt.Krisye Gosal
(Dep.perempuan dan Anak PGI),Pdt.Emmy Sahertian (Advisor Program HIV dan
AIDS),Ibu Lusi Kumala (Women Desk), Yuberlian Padele (Gender Justice)

Persiapan untuk Prereview Program Mission 21, Hotel Dhyana Pura Bali 18-21 April. Persiapan ini dilakukan untuk Workshop yang akan dilakukan pada Bulan September yang akan datang.

Khusus HIV dan AIDS, rancangan program sudah selesai dilakukan oleh Advisor Program setelah Workshop di Malino di mana strategy pendampingan dibagi dalam 3 Kluster yakni :

Kluster 1 terdiri dari semua gereja yang belum memiliki program spesifik dan POKJA khususHIV dan AIDS

Kluster 2 terdiri dari semua gereja yang sudah memiliki program spesifik dan sudah memiliki POKJA dengan program terintegrasi. Di mana dapat dijadikan "Role Mode" bagi Kluster 1

Kluster 3 terdiri dari semua institusi seperti STT,Pusat Studi dan Kajian, dan Organisasi yang bisa menjadi pusat pengembangan kurikulum, penyediaan fasilitator, dan pengembangan program inovasi seperti "Interfaith".

Kegiatan ini akan dilakukan hingga tahun 2014 sebagai durasi program yang berorientasi pada visi:
"Being Caring and Healing Community by the year 2014"

Sabtu, 10 April 2010

Membahas Program GMIH


Pada tanggal 7 April lalu, Dr.Donny Makangiras, Ketua Yayasan Kesehatan GMIH bertandang ke kantor sekretariat Program bersama Penanggulangan HIV dan AIDS gereja dan lembaga mitra M21 dan EMS di Jl.Kayu jati III no.1-Jakarta, sebagai tindak lanjut Workshop di Malino. Berbincang tentang Langkah strategik yayasan Kesehatan GMIH, peranan Synode GMIH untuk Program Kesehatan dan bagaimana program HIV dan AIDS masuk sebagai program afirmasi.......terutama peranan RS Bethesda GMIH dalam visi Synode GMIH dapat dijalankan dengan baik. Akan ada langkah berikutnya yakni melakukan promosi konsep dan program kesehatan berbasis jemaat, dan HIV dan AIDS akan menjadi pintu masuk awal peningkatan fungsi dan kesaksian gereja.GMIH adalah mitra EMS di mana beberapa program mendapat dukungan dari EMS.

Selasa, 30 Maret 2010

GKP mulai Bergaung


Kegiatan lanjutan Dari Gereja Kristen Pasundan pada Sabtu,27 maret 2010 :Pdt.Krisna Ludia Suryadi (Ketua Synode Gereja Kristen Pasundan, Pdt.Paulus Wijoyono,MM Sekretaris Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan, Bpk.Kasnanto dari Badan Sosial Yayasan" Dharma Kasih" Gereja Kristen Pasundan) mengisi acara "GKP Peduli HIV AIDS" di Radio Pelita Kasih Jakarta, sebuah program illuminasi tentang peranan gereja sebagai "The Healing Comminity" bagi publik DKI dan Jawa Barat yang secara nasional merupakan daerah penyebaran tertinggi di Indonesia melalui NARKOBA suntik dan Hubungan Seksual yang berisiko penularan HIV. Acara ini akan berlangsung setiap hari Sabtu minggu ke-IV selama 6 bulan ke depan (Agustus)........mohon dukungan dan doa

Senin, 22 Maret 2010

Pembekalan bersama Wali Kota Tomohon



Pembekalan keterampilan dasar Penyuluh Sebaya disaksikan oleh Wali Kota Tomohon Jeffry Rumayar dan Wasekum Synode GMIM yang sekaligus Ketua POKJA HIV dan AIDS GMIM,Pdt.Liesye Sumampow.......Pembekalan dasar ini merupakan pintu masuk kerja sama antara GMIM, PEMDA,dan komponen masyarakat kunci seperti PKK dan Sekolah Menengah yang ada di Tomohon.

Minggu, 21 Maret 2010

3 Komponen kunci Pendamping Sebaya di GMIM: Anak Sekolah, Kelompok Gereja dan Kelompok Ibu PKK



Ada 3 kelompok komponen kunci dalam kegiatan bersama POKJA AIDS GMIM: Sekolah, Kelompok kategorial Gereja, dan Kelompok Ibu PKK yang menjadi peserta sekaligus menyatakan komitmen untuk menjadi jaringan Penanggulangan HIV dan AIDS bersama POKJA GMIM..... kita mendoakan semoga setelah Sidang Sinode GMIM di mana program penanggulangan HIV dan AIDS akan masuk sebagai program afirmasi gereja.

Simulasi yang berkesan, tidak bosan


Dengan bermain peran maka KIE kelompok sebaya menjadi hidup dan diingat dalam memori untuk selanjutnya mempengaruhi perilaku (SMA Kristen I Tomohon)

PEER EDUCATION bersama POKJA AIDS GMIM dan KPAD kota Tomohon


Model Pelatih Sebaya HIV dan AIDS yang dibuat oleh anak anak SMA Kristen I Tomohon. Kehadiran mereka membuat peserta yang lain terkagum kagum.....ternyata para remaja dan pemuda bila dilibatkan sebagai subyek maka mereka akan berkreasi dengan sangat baik

Mengunjungi VCT dan Pastoral Unit RS Bethesda Tomohon


Memanfaatkan kunjungan ke GMIM saya menyempatkan diri mengunjungi unit Pastoral dan VCT dari RS Bethesda Tomohon. Kegiatan VCT masih berjalan, dan didukung oleh Global Fund yang akan berakhir pada akhir Maret 2010 ini. Namun pengalaman yang lalu VCT tetap berjalan meskipun tidak ada dukungan dana dari donor. Karena VCT merupakan bagian dari Rumah Sakit sehingga RS dapat mensuport meskipun dana minim. Dalam hal ini dalam kerja sama dengan POKJA AIDS GMIM, moga moga supporting dana dari jemaat dapat didayagunakan.....

Bersama Yayasan ARZ Wenas


Bersama para pengurus dan pelaksana program di Pusat Latihan ARZ Wenas kami berbincang tentang program yang sedang dijalankan yakni program bersama beberapa sekolah Kristen di Kota Tomohon: Beberapa program yang telah dilakukan adalah: KIE untuk para siswa, selanjutnya akan dilakukan pembekalan pelatih dan pendamping sebaya. Pusat latihan ini dapat juga menyiapkan tempatnya untuk pembekalan para relawan, penyuluh dan pendamping bersama POKJA AIDS GMIM

BERSAMA POKJA AIDS GMIM


Setelah kegiatan bersama GMIST di Pulau Siau, kami melanjutkan perjalanan ke Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dan Yayasan ARZ Wenas. Tujuan kunjungan ini adalah selain mengadakan capacity building baik program dan keterampilan, tetapi juga dalam rangka memediasi kebijakan untuk menjadi contoh dari program terintegrasi: Pokja AIDS GMIM, Yayasan ARZ Wenas, VCT RS Bethesda Tomohan, Menara Doa untuk pendampingan HIV-AIDS dan Trafficking dan KPAD. Sayangnya kesempatan untuk mengikuti rapat KPAD Propinsi berbenturan dengan acara pembekalan Peer educator di Tomohon yang dilakukan oleh POKJA dan KPAD. Namun demikian ada komitmen dari POKJA untuk merintis jaringan pelayanan bersama di masa depan. Bila ini dapat dilakukan maka GMIM dapat dijadikan tempat pembelajaran gereja gereja lain. Semoga

Singgah di Resort Pelayanan GMIST:TAGULANDANG

(bersama Pdt.Ny.Bawole,STh)

Dalam perjalanan pulang dengan menggunakan kapal Ferry, kami menyempatkan diri untuk singgah 1 hari di Resort Pelayanan GMIST Tagulandang dan menghadiri kegiatan Sidang Jemaat. Dalam Jemaat ini sudah terdapat 2 orang yang hidup dengan HIV dan AIDS telah meninggal dunia. Dalam sidang Jemaat ini diusulkan agar program penanggulangan HIV dan AIDS menjadi prioritas.

GMIST: Perencanaan Strategik bersama Resort Gereja


Perencanaan Strategik bersama para pimpinan Resort gereja kepulauan di GMIST amat penting karena merekalah yang akan menggerakan gereja lokal di tingkat basis untuk mulai bergerak secara terintegrasi. Yang menarik dari kegiatan ini adalah partisipasi para pendeta perempuan 80%, sehingga komitmen untuk mengarusutamakan program ditingkat wilayah terjamin.

GMIST: CHURCH's Resort Capacity Building


Bersama PARPEM GMIST dan 3 Resort GMIST (Siau Barat,Siau Timur dan Tagulandang) mengadakan Capacity Building, sekaligus mulai merekrut mereka yang akan duduk sebagai POKJA HIV dan AIDS baik tingkat Sinode maupun tingkat Resort Kepulauan (Tahuna, Siau, Tagulandang dll). Struktur Synode daerah kepulauan ini perlu dipertimbangkan dalam pembentukan POKJA HIV dan AIDS. Rata rata di beberapa pulau sudah terdapat ODHA dan ada yang sudah meninggal. Catatan terakhir KPAD Prop.SULUT : Sangir =24 orang HIV/AIDS, meninggal dunia 2 orang. Jumlah ini mungkin lebih, mengingat fasilitas pemeriksaan dan program KIE yang belum terlalu berjalan. GMIST juga mempunya beberapa klinik kesehatan yang dikelola oleh gereja setempat sehingga pengusulan untuk VCT menjadi program advokasi, dipertimbangkan untuk program jangka panjang, selama ini VCT dialkukan di Manado.
Untuk itu program rangsangan yang dilakukan oleh PARPEM GMIST adalah melakukan pelatihan penyuluh atau Komunikator isue HIV dan AIDS. Latihan dasar ini kemudian langsung dipraktekan di kebaktian Hari Minggu pada 2 jemaat di Siau.

Capacity Building GMIST dan GMIM


Setelah Startegic Planning Workshop di Malino maka beberapa kegiatan lanjutan telah dilakukan:
* Mencoba membenahi logframe beberapa synode untuk segera dijadikan
proposal dengan berdurasi ke masa depan pertama yakni selama 3
Tahun:Gereja Toraja, GMIST, GMIM, PL AZR Wenas
* Capacity building bersama GMIST di Siau, dari tanggal 12-15 Maret 2010:
Pembekalan lanjut mengenai penyuluh/Komunikator isu HIV dan AIDS
berbasis jemaat; mensupervisi Strategic Planning bersama Synode dan Resort
* Capacity building bersama GMIM di Tomohon 17-20 Maret 2010: Konsultasi
Program terintegrasi untuk menjadi keputusan sidang Synode
GMIM,Pembekalan Dasar ;Peer Komunikator HIV dan AIDS berbasis Komunitas
kerja sama POKJA AIDS GMIM, dan KPAD Kota Tomohon

Selasa, 23 Februari 2010

Bersama merenungkan VISI dan Langkah Strategik: Apakah visi dan langkah strategik itu bersama umat atau visi sendiri sendiri??

Bersama merenungkan Perencanaan Strategik yang terdiri dari beberapa Langkah:

Penyiapan Lapangan : Penyebaran Informasi dan Pemahaman Utuh, Community Scanning (apakah Vulnerable atau Save?), Internal Scanning (Theology, Tradition, Structure and Infrastructure)

  • Langkah 1: Insiatif Strategik: Mereposisi Nilai nilai dasar Pelayanan (Core Values) ke dalam Visi dan Misi bersama
  • Langkah 2: Menentukan GOAL yang tepat
  • Langkah 3: Mrancang tindakan yang perlu diambil
  • Langkah 4: Konsolidasi Kemampuan dan Sumber Daya (SWOT dan Pengembangannya)
  • Langkah 5: Membuat Kerangka Kerja Logik dan Rencana Kerja (Logframe dan Work Plan)
  • Langkah 6: Pelaksanaan/Aktifitas yang berdurasi dan terukur
  • Langkah 7: Monitoring dan Evaluasi (baik sementara berjalan maupun akhir program) dan Langkah Penyempurnaan
  • Langkah 8: Melanjutkan Langkah Strategik atau Program Antara (Bridging Program) yg sustainable
Dengan mempertimbangkan langkah langkah ini maka proposal program dibuat berdasarkan komitmen dan kebutuhan real bersama yakni menyelamatkan kehidupan umat yang sedang terancam, bukan hanya berorientasi project.

Kajian dan Pengamatan


Dr.Alpinus Kambodji dan Dr. Debora Murthy mewakili teman temannya yakni Pdt.Krisye Gosal dan Pdt. Welman Boba yang mengadakan Kajian Kebutuhan tahun 2008 pada gereja gereja dan lembaga mitra M21 dan EMS di Indonesia dan Malaysia

Rekomendasi dari Kajian Kebutuhan ini adalah:

  • Semua gereja dan institusi mitra (di Sabah dan Indonesia) membutuhkan penyadarandang pengetahuan dasar epidemiologis HIV dan AIDS, Kesehatan Reproduksi, NARKOBA, Keadilan Jender dan isu isu terkait. Seperti advokasi.
  • Semua Gereja dan institusi mitra membutuhkan transformasi konsep konsep teologi, pastoral dan etika, juga transformasi dalam aksi pelayanan menghadapi dan menangggulangi pewabahan HIV dan AIDS di lingkungan jemaat mereka masing- masing.
  • Semua gereja dan institusi mitra membutuhkan upaya advokasi struktur dan kebijakan pelayanan mereka : Kebijakan dan Strategi, membangun kapasitas pada semua jenjang struktur (Nasional, Synode, Lokal Congregations, kelompok kategorial dan institusi terkait seperti Sekolah sekolah Teologi dan Lembaga Swadaya Masyarakat), bagaimana mengkonsolidasi sumber sumber pendukung program baik yang ada di dalam maupun di luar dan bagaimana mempertahankan kelangsungan gerakan, komitmen dan program dengan cara yang strategis.
Berdasarkan rekomendasi di atas maka salah satu kegiatan yang perlu segera dilakukan adalah Workshop tentang Strategi Planning yang direncanakan dilakukan di dua tempat.Workshop pertama dilakukan di Sabah, tanggal 5 Januari – 8 Januari 2010 di mana peserta yanga hadir adalah semua gereja Mitra M21 dan GKPI Kalimantan (Indonesia). Workshop kedua di lakukan di Malino, tanggal 16- 19 Februari 2010, yang dihadiri oleh para peserta dari gereja dan institusi Partner dari M21 dan EMS di Indonesia.

Daerah Kepulauan di Perbatasan: Pewabahan HIV dan AIDS cenderung Tinggi

GERMITA:Pdt. Abbas, Sekum Gereja Masehi Injili di Talaud

Banyak sekali daerah perbatasan yang kepulauan seperti Sangir dan Talaud. Daerah ini menjadi berisiko karena sekarang mulai terbuka baik legal maupun ilegal lalu lintas perdagangan bersentuhan dengan jalur internasional. Mereka juga menjadi tempat tumpahan masalah dari pulau pulau besar seperti Sulawesi dan lintas negara seperti Filipina Selatan. Dari data kasus HIV dan AIDS yang terlaporkan cenderung meningkat. Sebuah pekerjaan rumah yang berat bagi GERMITA dan GMIST.

Gereja Toraja: Isu Trafficking yang mengemuka


Gereja Toraja: Alexander Mangoting

Isu Perdagangan manusia khususnya perempuan menjadi isu yang mengemuka di Gereja Toraja berkaitan erat dengan isu perbatasan di Kalimantan. Banyak sekali para perempuan dan anak gadis dari Toraja merantau mencari nafkah di Sabah Malaysia melalui kota perbatasan Tawau. Isu ini dicatat sebagai salah satu isu keprihatinan bersama gereja gereja karena ada kaitannya dengan perdagangan manusia dan pewabahan HIV dan AIDS. Sehingga kerja sama lintas sektor antar Gereja Toraja, Gereja Kalimantan dan Gereja gereja di Sabah seperti BCCM dan PCS perlu digalang, sebagaiman juga dengan Gereja gereja di Tanah Papua. Sayangnya dalam Workshop ini GKI di Tanah Papua tidak mengirimkan utusannya.

GMIM dan SAG SULUTTENG: Berdampingan Menyatukan Langkah



Gereja Masehi Injili di Minahasa dan Sinode AM SULUTTENG

Gerakan penanggulangan HIV dan AIDS pada gereja gereja di bawah SAG SULUTTENG khususnya GMIM di mulai dari Yayasan Kesehatan GMIM yang memiliki Rumah Sakit dan Klinik. Salah satu pusat VCT yang diakui oleh pemerintah di SULUT adalah yang dikembangkan oleh Rumah Sakit Bethesda GMIM di Tomohon dan yang kini bersama Yayasan AZR Wenas. Sementara gerakan yang berbasis jemaat dimulai oleh kelompok perempuan gereja KKW yang akhirnya mendorong terbentuknya POKJA penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat Sinode. Di massa depan bila ini merupakan satu kesatuan pelayanan maka GMIM memiliki komponen pelayanan yang lengkap dan dapat menjadi tempat pembelajaran bagi gereja gereja lain sebagaimana juga GKPB (Bali) dan GKP (Pasundan)......semoga

Noorkhalis Madjid: Lembaga Kajian Kemasyarakatan dan Keislaman Banjarmasin


Noorkhalis Madjid: LK3 Banjarmasin.

Bersama dengan Gereja Kalimantan Evangelis, mereka bergandeng tangan dalam program bersama kajian kemasyarakatan yang bermuatan kerja sama lintas agama untuk studi perdamaian, dialog aksi antar agama dan kepercayaan juga dalam isu isu kebangsaan. Dalam persoalan HIV dan AIDS, LK3 dan GKE melakukan pelatihan bersama Pendampingan ODHA dan kerja sama lainnya. Sebuah contoh kerja sama lintas agama yang lebih nyata pada aras lokal dengan tema tema kemanusiaan. Di masa depan bila kerja sama ini menjadi lebih strategik maka akan menjadi model bagi penanganan pewabahan HIV dan AIDS tanpa batas agama dan suku, merupakan cirikhas keIndonesiaan kita.

Noorkhalis memberi inspirasi afirmatif dalam workshop ini pada 2 hal:
  • Meminjam guyonan Gus Dur tentang siapa yang dikorbankan Ishak atau Ismail.....bahwa makna dari kisah kisah berbeda ini adalah untuk keselamatan...bahwa yang terpenting dari ceritera ini bukan mana yang benar tetapi kebenaran yang terkandung di dalamnya adalah bahwa Iman yang membawa keselamatan bukan simbol dan formalitas agama yang sering membuat kita menyempitkan makna keselamatan dan kemanusiaan itu
  • Bahwa ternyata banyak sekali para elit agama terjun ke Politik....membuat mereka kehilangan rumah ibadah mereka termasuk ajaran tentang kemanusiaan. Rumah rumah ibadah itu sudah direbut oleh para kaum radikalis yang akhirnya memiliki kekuatan tekanan untuk membuat berbagai peraturan dan kebijakan diskriminatif bernuansa moral dan agama.....berdampak pada penanggulangan HIV dan AIDS di mana dianggap sebagai aib dan kutukan.......

Gereja Kristen Pasundan: Melayani Bersama Mitra Lintas Agama


Ketua Sinode Gereja Kristen Pasundan :Pdt.Krisna Ludia Suryadi bersama Koordinator Program

Gereja Kristen Pasundan yang berada pada wilayah Jawa Barat, daerah Prevalensi HIV dan AIDS tertinggi kedua di Indonesia, sebagian besar tertular karena pemakaian jarum suntik NARKOBA. Pada daerah ini muncul berbagai PERDA bernuansa moral dan agama yang diskriminatif khusu bagi perempuan. Daerah di mana terjadi radikalisasi agama mayoritas yang sering membuat mereka harus sangat berhati hati dalam intervensi program. GKP mempunyai 1 Rumah Sakit terbesar di Kota Bandung yang sudah lama membuka program VCT bekerja sama dengan Rumah Sakit Katholik St.Boromeus.Kini mereka sedang merintis pelayanan untuk dua Rumah Sakit lainnya di Karawang.Mereka sudah memiliki POKJA HIV dan AIDS kini di bawah koordinasi Badan Sosial GKP sebuah lembaga pelayanan Diakonal gereja yang bergerak secara lintas agama. Hanya dengan melayani secara lintas agama maka resistensi masyarakat atas isu kristenisasi dapat terelakan.

Gereja Kristen Protestan Bali: Peranan MBM-lembaga pelayanan diakonal merupakan katalisator Jemaat

Gereja Kristen Protestan Bali: Ketua Sinode GKPB, Pdt.I Wayan Sudira Husada bersama Dr.Debora dari MBM, dan Koordinator Perempuan Ni Luh Ayu Mastri bersama Dr. Yusak Tridarmanto dari UKDW.

Di dalam lingkup masyarakat yang masih kuat memegang tradisi terutama peranan perempuan yang tidak terhitung dalam daftar silsilah keluarga atau hak ulayat, gereja Bali mencoba melakukan pelayanan kemasyarakatan yang berbasis keadilan baik bagi laki laki dan perempuan. Program interfensi diakonal yang egaliter ini perlahan merupakan "Role Mode" yang menunjukan nilai nilai kekristenan, meskipun tidak mudah dan penuh dengan tantangan.

Peranan lembaga pelayanan seperti MBM diharapkan akan menjadi katalisator untuk menggerakkan jemaat dan masyarakat agar lebih demokratis. Karena itu kepercayaan masyarakat terhadap kiprah MBM, khususnya program penanggulangan HIV dan AIDS semakin tinggi.Nyala lilin pelayanannya memberi ruang terang bagi masyarakat sekelilingnya dan bagaimana membagi visi ini bersama jemaat jemaat setempat, merupakan tantangan tersendiri.

GEPSULTRA: Ketua Sinode yang Membuka Rumah Singgah bagi ODHA


Pdt.Adrie Massie dan Koordinator pelaksana program GEPSULTRA

Berawal dari pertemuan dengan seorang ODHA, maka muncul komitmen untuk melayani mereka yang hidup dengan HIV dan AIDS. Mereka kini menyiapkan rumah singgah bagi ODHA yang datang dari daerah yang jauh untuk mendapatkan treatment, sekaligus mendapatkan pendampingan pastoral.Sebuah langkah kemanusiaan yang menandai keberadaan jemaat sebagai "The Healing Community" di lingkup mereka.

Scanning Our Theology,Tradition,Structure and Infrastructure: Fit or Combat HIV & AIDS?


PGIW SULSELBARA......

Setelah mengadakan "Scanning Our Community" maka dilanjutkan dengan scanning our Theology,Tradition,Structure and Infrastructure. Banyak yang berkesimpulan bahwa masih terdapat bias jender dalam teologi dan tradisi, struktur organisasi yang birokrasi paternalistik, budaya tabu dan bisu terhadap kekerasan terhadap perempuan dan KDRT karena berorientasi patriarkhat, HIV dan AIDS adalah aib yang tidak boleh dibuka.....semua ini membuat pewabahan HIV semakin subur dalam lingkup umat karena masih banyak penghalang untuk program KIE dan Life Skill education terutama dalam kaitannya dengan pendidikan Seks dan kesehatan reproduksi.Akhirnya program penanggulangan HIV dan AIDS hanya merupakan program peripheral bukan pada posisi arus utama atau program affirmative.

Senin, 22 Februari 2010

Scanning Our Community: Vulnerable? or Save?


Para Pimpinan Gereja,Sekolah Tinggi Teologi,Pimpinan Lembaga Kajian Kemasyarakatan Islam, dan pelaksana program mengamati hasil kerja Mapping/Scanning Communitynya.

Salah satu sesi yang cukup menarik dalam Workshop ini adalah bagaimana para pimpinan atau para pengambil keputusan dan para pelaksana mencoba memahami cepat tentang lingkup masyarakatnya sendiri atau kita sebut Scanning Community, Pengamatan akan masa lalu dan masa kini dengan berbagai perobahan yang terjadi secara holistik baik pisik, sosial, mental dan spiritual. Di situ mereka temukan bahwa masyarakat mereka adalah masyarakat yang rentan terhadap pewabahan HIV dan AIDS, dan oleh karena itu program yang selama ini dijalani mungkin berupa "response" yang sifatnya reaktif memerlukan pendekatan strategik yaitu mendorong tanggung jawab mereka sebagai "Gatekeepers" (penjaga gerbang atau gembala?!) untuk menyikapinya secara sistematik dalam aksi yang nyata....dari "response" ke "responsibility"

Stigma dan Diskriminasi di kalangan kelompok agama sangat menyakitkan


Pdt.DR.Ny.Vien Sopamena, Ketua Sinode Gereja Kristen Sulawesi Selatan

Dalam Refleksi Pembukaan Workshop, beliau berkisah tentang pengalamannya menangani Orang Yang Hidup dengan HIV dan AIDS, ketika suatu hari diantar oleh para pendampingnya yang lintas agama....dan dalam pertemuan konseling itu beliau menyadari betapa Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA, lebih khususnya lagi perempuan sangat menyakitkan dan itu masih terjadi di lingkup masyarakat beragama...sebuah petanda dibutuhkannya tindakan afirmasi menentang stigma dan diskriminasi terhadap mereka yang hidup dengan HIV dan AIDS di dalam lingkup kelompok agama.....

Nyalakanlah Lilin...meskipun hanya satu saja...maka cahayanya akan berpendar memberi harapan hidup...


Dr.Ny.Nafsiah Mboy,MPh, SEKJEN Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Isu kontroversi di kalangan kelompok agama adalah masalah penggunaan Kondom Laki laki dan Kondom Perempuan sebagai salah satu alat pencegahan penyakit menular seksual dan HIV. Dalam kenyataan kedua jenis kondom ini diperlukan bagi mereka yang berperilaku berisiko dan mereka yang sudah hidup dengan HIV. Perilaku berisiko di maksud adalah : Hubungan sex dengan risiko kehamilan yang tidak diinginkan dan Hubungan sex yang menyebabkan terjadinya penularan Infeksi Menular Sexual dan HIV.Bagi mereka yang sudah positif HIV terutama yang memiliki pasangan hidup (menikah atau hidup bersama) wajib menggunakan kondom waktu berhubungan suami istri. Bila tidak maka mereka akan saling menularkan HIV yang tipenya berbeda satu dengan yang lain, mempercepat penambahan jumlah muatan virus yang berakibat pada kematian dini bagi pasangan masing masing. Oleh sebab itu para praktisi medik dan kesehatan masyarakat dan para tokoh agama harus duduk berdialog secara baik dan intensif supaya isu isu etis yang kontroversi ini tidak dipahami secara tidak utuh.
Salah satu item dalam Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS adalah bagaimana melihat proyeksi 5-10 tahun ke depan dengan mencoba menerapkan "cross cutting" policy terutama pencegahan dan penanggulangan pada kelompok yang dinilai sangat berisiko yakni MSM (Man Have sex With Man), Pemkai NARKOBA suntik, Pekerja Sex Komersial, dan Penularan dari Ibu ke Anak, sementara kelompok masyarakat umum diharapkan dijangkau oleh organisasi keagamaan, organisasi kemanusiaan dan NGO.Pemerintah mulai bergerak dari kebicakan di atas kertas kepada Action nyata melalui program program bersama masyarakat yang berisiko tersebut.

Bagi kelompok agama disarankan jangan menunggu tetapi mulailah melakukan apa yang bisa dilakukan di lingkungannya masing masing. Adalah sangat bermakna menyalakan satu lilin kecil yang cahayanya bisa berpendar dalam kegelapan dari pada tidak melakukan apapun. Demikian remarks afirmasi dari Ibu Nafsiah dalam WORKSHOP PERENCANAAN STRATEGIK PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS BERSAMA GEREJA DAN LEMBAGA MITRA M21&EMS, Malino 16 Feb.2010.

Theological Remarks from Malino Workshop


Dr.Achmad Baidowi dari Dialog Center UIN "Sunan Kalijaga" Yogyakarta dan Pdt.Kurman Ngatang dari Gereja Kalimantan Evangelis

Agama agama di Indonesia memiliki pemahaman yang sama tentang Kemanusiaan, Kasih, dan Keadilan. Dalam menghadapi ancaman pewabahan HIV dan AIDS, mestinya masyarakat agama memelopori aksi kepedulian Allah terhadap manusia bukan sebaliknya justru menjadi batu sandungan kemanusiaan.

WORKSHOP Perencanaan Strategik Penanggulangan HIV dan AIDS untuk Gereja 2 dan Lembaga Lintas Agama

Menyikapi semakin tingginya angka penularan HIV dan AIDS di Indonesia maka beberapa lembaga Gereja, Sekolah Tinggi Teologi dan lembaga Studi dan Kajian Kemasyarakatan Islam serta Dialog Centernya mengadakan workshop bersama untuk Perencanaan Strategik Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Kegiatan ini diadakan di Retreat Center "Ratna Miriam", Malino Makasar dari tanggal 16-18 Februari 2010. Lembaga Lembaga yang hadir adalah :

Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM),Gereja Toraja (GT),Gereja Toraja Mamasa (GTM),Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS),Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID),Gereja Masehi Injili Halmahera (GMIH),Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (GEPSULTRA),Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB),Gereja Kristen Pasundan (GKP), dan PGIW SULSELBARA,Gereja Kalimantan Evangelis (GKE),Lembaga Kemasyarakatan dan Keberagaman Banjarmasin (LK-3),STT GKEeja Masehi di Sangir Talaud (GMIST),Gereja Masehi Injili di Talaud (GERMITA),Sinode AM SULUTTENG (SAG SULUTTENG),Univ.Kristen Duta Wacana – Studi Perdamaian (UKDW),Universitas Islam Nasional 'SUNAN KALIJAGA"Yogyakarta – Dialog Center (UIN-DC) ,Yayasan A.Z.R.Wenas. Tomohon.

Tiap lembaga diwakili oleh Pimpinan atau Pengambil Keputussan utama dan Koordinator Pelaksana Program. Terhitung sekitar 49 peserta menghadiri pertemuan ini dengan satu komitmen untuk mengharmonisasikan langkah bersama dalam semangan persaudaraan, membangun kapasitas bersama dan menyusun langkah langkah strategik. Dalam pertemuan ini, juga telah hadir dan memberikan arahan sesuai dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS, Sek.Jen.Komisi Penanggulangan AIDS Nasional DR.Ny. Nafsiah Mboy,MPH.

Beberapa isu yang ada kaitannya dengan pewabahan HIV dan AIDS seperti isu NARKOBA dan persoalan kontroversi etis dalam masyarakat seperti stigma dan diskriminasi ODHA, OHIDA, LGBT, PENASUN, dan sebagainya dibahas dengan terbuka termasuk persoalan "kondom" yang masih kontroversi dalam kalangan tokoh agama. Dalam kegiatan ini juga dimunculkan isi isu teologis yang dilihat dari perspektif Islam yang direfleksikan oleh DR. Achmad Baidowi dari Dialog Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pdt.Kurman Ngatang dari Gereja Kalimantan Evangelis dari perspektif Kristen.

Kegiatan ini sangat diharapkan akan berlanjut di kelompok masing masing dan akan dimonitor dan dievaluasi.

Beberapa fasilitator yang hadir dan memberikan kontribusi penting adalah Pdt.Welman Boba dari Mission21, Pdt.Emmy Sahertian advisor program penanggulangan HIV dan AIDS untuk gereja dan lembaga mitra M21 & EMS, Dr. Alpinus Kambodji dari UEM, dr.Debora Murthy dari Gereja Bali mitra EMS, dibantu oleh co-fasilitator Signatius Sumbala Ruung dan Marino Laturiuw dari Jakarta.

Workshop ini dibuka dengan Ibadah Pembukaan yang dipimpin oleh Ketua Sinode Gereja Kristen Sulawesi Selatan,Pdt.DR.Ny Vien Sopamena. Kegiatan ini juga didukung oleh teman teman dari Gereja Kristen Sulawesi Selatan.

Berbagai materi disumbangkan oleh KPAN dan Yayasan Spiritia Indonesia untuk melengkapi pemahaman para peserta. Demikianlah info pertama dalam bulan ini. Kiranya Tuhan berkenan atas langkah langkah baik ini.